Ini tentang Pendidikan untuk yang kesekian kalinya …
Di sudut jalan itu aku melihat seorang yang duduk termenung dalam lamunanya. Yono itulah namanya, dia seorang pedagang kaki lima di salah satu sudut kota Cirebon ini. Sehari-hari dia berjualan rokok dan berbagai jajanan di lapak kecilnya yang mungkin sewaktu-waktu bisa saja digusur oleh Satpol PP karena memang lokasinya berjualan bukan merupakan area yang diperuntukan untuk para pedagang kaki lima.
Ya … Sudah beberapa hari nini, setiap pagi sebelum saya berangkat bekerja, saya selalu menyempatkan diri mampir di warungnya, hanya sekedar untuk meminum segelas kopi hitam hangat sebagai pemicu semangat pagi, ataupun menghisap sebatang rokok sebagai tanda dimulainya rutinitas kerja saya.
Kali ini saya tidak ingin membahas mengenai rutinitas kerja saya sehari-hari, namun saya ingin sedikit menyambung lidah sang pedagang kali lima tersebut ” Yono ” yang ternyata pagi ini sedang gundah gulana memikirkan mengenai Pendidikan anaknya.
Ya … mungkin di tengah kegundahannya memikirkan tentang anaknya di ingin ada solusi, namun entah pada siapa dia harus meminta solusi, karena memang lingkungannya yang tidak familiar dengan hal-hal seperti yang sedang dia fikirkan.
Maklum saja, dia sering bercerita kepada saya tentang kehidupannya, bahwa dirinya pun tak mengenyam bangku pendidikan, karena keadaan ekonomi yang sangat minim.
Pagi ini saya mencoba membuka pembicaraa, sedikit memancing dan ingin tahu apa yang sedang dia fikirkan, yang akhirnya membuka hatinya untuk mengungkapkan permasalahannya kepada saya.
Sebuah pertanyaan dia tujukan, bermaksud mencari jawaban akan kegundahannya itu. ” Pendtingkah Pendidikan ” … itulah satu pertanyaan singkat yang akan menimbulkan jawaban yang sangat panjang.
Saya pun menjawab, ” Penting lah … “, memang kenapa ???
Dia pun melanjutkan curahan hatinya yang ternyata sedang bingung, karena anak sulungnya kini tengah menginjak kelas 3 SMP, yang secara otomatis jenjang selanjutnya adalah SMA.
Dia tengah merasa kebingungan, krena di satu sisi anak sulungnya ingin melanjutkan sekolah, sedangkan dia sendiri tidak memiliki kemampuan untuk mengabulkan keinginan anaknya, karena dalam fikirannya, dengan penghasilan dia sekarang dan biaya pendidikan yang mahal, mustahil rasanya dia bisa menyekolahkan sesuai dengan keinginan buah hatinya tercinta.
Ekonomi … Biaya … Mahal … Lagi-lagi ka itulah yang selalu familiar dengan kata pendidikan. Kata itu pula lah yang selalu memutuskan harapan para orang tua untuk dapat menyekolahkan anaknya. Lalu untuk apa ada Wajib Belajar 12 tahun jika untuk memenuhi wajib belajar itu saja sangat sulit.
Dari situ saya mencoba memberikan solusi, memberikan sedikit semangat tentang pendidikan, meskipun saya akui, sayapun salah satu orang yang gagal dalam pendidikan, tapi setidaknya saya mencoba untuk membesarkan hatinya agar tidak putus asa dalam memperjuangkan pendidikan anaknya.
Ya saya coba memberi contoh kepadanya, bahwa pentingnya pendidikan dapat dia lihat seperti pada dirinya sendiri dan orang di hadapannya sekarang. Saya ini orang yang gagal dalam pendidikan, dan apa hasilnya ?? ya seperti saya sekrang ini, menyesal tidak berujung. Seandainya saja saya berhasil menuntaskan pendidikan saya, mungkin saya tidak akan bekerja seperti ini, mungkin saya akan duduk manis di sebuah perkantoran, menerima gaji yang besar.
Kembali saya tegaskan kepadanya, bahwa pendidikan itu penting, terlebih dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Setidaknya memiliki pendidikan akan memberikan dasar dan pengetahuan tentang segala sesuatu yang benar dan yang salah, sehingga kita akan mudah untuk dibohongi.
Menelusup ke relung hati saya, ternyata perubahan tahun demi tahun tidak membawa perubahan terhadap pendidikan, masih saja sulit bagi orang-orang kalangan tertentu untuk bisa mendapatkan pendidikan, karena kata-kata yang menjadi momok menakutkan bahwa pendidikan itu memerlukan biaya mahal.
Dimana pendidikan gratis yg digembar-gemborkan pemerintah selama ini ?? Dimana keadilan sosial untuk seluruh rakyat indonesia ini ??Dimana implementasi pembukaan UUD 1945 yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa ini ??Hanya sebatas kata-kata hiasan kah ??Atau hanya sebagai pelengkap atribut negara Indonesia saja ??
Yono hanya salah satu orang yang saya temui dan mengungkapkan isi hatinya . Di luar sana, saya yakin ada ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang dengan keadaan yang sama dengan Yono. Lalu dimana peran pemerintah??Dimana wakil rakyat kita??
Dan terakhir, DIMANA ORANG YANG PEDULI AKAN PENDIDIKAN KITA ???? Saya berharap ada orang yang peduli akan pendidikan kita, terlebih pada Yono dan orang-orang di luar sana yang mempunyai masalah seperti Yono.
Komentar Terbaru